Motivator Itu Penting
Sore ini, 28 Januari 2012 saya baru pulang mengikuti Bimbel (Bimbingan Belajar) di salahsatu lembaga pendidikan non-formal yang didirikan oleh beberapa guru di sekolah saya. Saya sengaja mengikuti bimbel ini untuk belajar dan mengerti secara dalam tentang pelajaran Matematika - B.Inggris yang faktanya saya sangat lemah pada kedua pelajaran tersebut. Dan tentunya juga saya ingin memperbaiki nilai rapot semester kemarin yang anjlok kaya jalan-jalan di Ibukota Jakarta...hihih. Memang nilai rapot semester kemarin rata-rata saya turun beberapa angka, padahal seharusnya naik apabila dilihat dari rangking yang saya yang naik. Salahsatu faktor yang hampir membuat saya dan semua siswa sekelas nilainya turun adalah PRAKERIN/PKL. Owh iya, saya PKL di Trans7 yang berlokasi di Jakarta dan otomatis menurunkan semangat belajar saya.
|
Ilustrasi Motivasi |
Saat PKL, semua siswa merasa bebas dengan tugas-tugas yang biasanya setiap hari diberikan oleh guru. Mulai dari ulangan-ulangan, PR, dan hapalan-hapalan yang membuat siswa termasuk saya Stress tanpa henti. Bayangkan saja, hampir setiap guru memberikan tugas yang harus selesai dalam 1-2 minggu tanpa memikirkan (baca:mungkin) siswa tersebut sedang mengerjakan tugas lain. Tentu saja setiap tugas tersebut memiliki bobot dan kesulitan yang berbeda-beda. Kalau individu sih mudah untuk membagi waktunya, tapi kalau kelompok? Yang ini mau les, yang ini mau hajatan, yang ini mau jenguk nenek, beda-beda deh. Kan susah ngumpulinnya. Apalagi tiap hari sekolah pulangnya jam 3 sore, jum'at latihan organisasi dan sabtu ada Bimbel. Pusing pokoknya. Tapi saya maklumi, kalau tidak ada tugas dan hapalan, bukan pelajar namanya.
Kembali ke Topik. Saat bimbel saya diberi motivasi tentang niat saya mendapatkan Beasiswa Bidik Misi ke ITB. Motivatornya yaitu Pak Deni Suharyanto,S.Pd. Ia lulusan UPI, sekarang mengajar mata pelajaran Matematika di sekolah dan di lembaga bimbel. Ia juga pernah melanjutkan kuliah S2 di ITB melalui jalur beasiswa dan masuk Fakultas STEI. Namun ia memiliki hambatan dengan profesinya sekarang yaitu PNS. Sehingga ia terpaksa mengundurkan diri dari ITB dan melepaskan Beasiswa yang sudah ia perjuangkan dari dulu. Sayang sekali memang, tapi itu pilihannya dan saya yakin ia telah memikirkan secara matang.
Setelah mendengarkan beberapa perjuangan ia masuk beberapa Universitas, saya semakin semangat masuk ITB. Dan saya bertekad untuk belajar lebih baik lagi dan lagi serta memperbaiki nilai yang anjlok pada semseter kemarin.
Semangat belajar dan belajar terlihat juga pada semua teman-teman yang mengikuti bimbel tersebut. Itu terlihat dari pertanyaan dan kalimat-kalaimat mereka dengan nada tegas dicampur kata "Bisa". Mungkin semua semangat mereka tertular oleh motivator dan penyemangat lain secara langsung dan tidak langsung. Saya ikut senang melihat semua teman-teman bertekad untuk melanjutkan sekolah. Dan tekad saya kuliah ingin memutuskan "lingkaran kemiskinan" yang selalu membelenggu yang 'miskin semakin miskin' dari generasi ke generasi. Semoga impian dan cita kita semua tercapai, amin.
Terimakasih pak atas motivasinya. Motivasi Bapak membuka mata kita untuk melihat lebih jauh masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar