Ilustrasi |
Sekarang sudah memasuki Semester 2 dalam ajaran tahun 2011/2013. Bagi para siswa, ini merupakan sesuatu yang dapat di katakan "memulai lembaran baru, lagi". Setelah pembagian 'laporan hasil belajar peserta didik' beberapa minggu kemarin, kita akan memulai kembali belajar dalam semester 2. Saya akui, hasil belajar saya sangat kurang memuaskan. Walaupun demikian, saya masih bersyukur mendapat peringkat ke 2 dari 40 orang siswa. Tapi tetap saja, kenapa bukan saya yang menjadi yang terbaik? Perbedaan nilai antara saya dan teman saya yang menduduki peringkat 1 adalah 0,5. Beda tipis kan? Andai saja, nilai Matematika ku 80, saya pasti bisa mengalahkannya. Yah..saya introspeksi diri saja, dengan niat semester sekarang belajar lebih giat lagi.
Ilustrasi |
Berbicara soal nilai, ada beberapa nilai yang menurut saya kurang objektif. Teman saya yang 'biasa-biasa' saja nilainya bagus. Sedangkan saya sangat jelek, jauh dari harapan. Bukannya saya meremehkan teman saya, tapi semua itu harus sesuai dengan pedoman dan kebijaksanaan, betul?. Sudah saya tanyakan tentang ini kepada guru yang bersangkutan, tapi jawabannya kurang "masuk akal". Yah.., saya sudah menghiraukan, yang penting hari esok saya harus belajar giat. Saya juga berprinsip, masa depan itu tidak ditentukan oleh nilai dan peringkat, tetapi oleh kemampuan dan keberuntungan. Buat apa mendapatkan nilai bagus dan peringkat bagus apabila didapat dari hasil menyontek dan melihat catatan dalam ulangan/ujian? Beberapa contoh tokoh yang terjerat kasus korupsi, pada masa kecilnya adalah orang pintar, pintar menyontek maksudnya. Dan apabila pelajar sekarang sudah seperti itu, masa depan negara gimana? Jangankan memegang tanggungjawab pada orang banyak, tanggungjawab pada diri sendiri juga patut dipertanyakan. Saya berbicara seperti ini bukan berarti saya orang yang sempurna dan telah menemukan jalan yang benar, tapi setidaknya saya sudah tahu dan saya adalah pemuda. Dan pemuda itu "aset" berharga untuk masa depan bangsa.
Ilsutrasi |
Saya juga bukan tipe orang yang suka dengan menyontek seperti itu. Dulu saya pernah menocoba menyontek pada salahsatu pelajaran karena merasa iri melihat teman lain membawa buku yang diperkecil agar bisa di selipkan dalam saku pada saat ujian. Tapi malah gak keluar pertanyaannya. Apes memang... Tapi untung saja, misalkan pada saat itu saya menyontek saya pasti akan ketagihan. Menyontek itu seperti zat yang ada dalam rokok dan minuman keras, apabila sudah mencoba 1 kali akan terus dan terus ingin mencobanya.
Sama-sama kita putuskan lingkaran kemisikinan dengan kejujuran..! Kita bisa, Indonesia bisa!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar