Ilustrasi Pacaran, Kompasiana.com |
Saya paling ngeri pada saat mereka sedang marahan, ataupun putus. Saya jadi imbasnya selaku teman. Marah-marah di kelas, Hp-nya di banting, bicara kasar dan nangis seharian (untuk cewek, tidak menutup kemungkinan cowok juga menangis). Dan saya hanya bisa berkata "sabar...".
Melihat perilaku mereka memang asik. Kemana-mana berdua, jalan-jalan bedua, makan berdua, ke kamar mandi berdua (ups gak kali ya). Tapi 'maaf', saya belum tertarik. Bukan berarti saya tidak bisa mendapatkan cewek, dan bukan berarti saya "maho" (baca: gay). Bukan itu. Tetapi saya mempunyai proyek lebih besar dan spektakuler yang harus saya wujudkan di masa depan. Saya berprinsip, "cewek tu gak bakalan kemana-mana, kalau takdir ya ketemu".
Iseng-iseng cari di internet. Saya tercengang saat melihat statistik yang dibuat oleh eksposnews.com. Disana disebutkan bahwa 30% wanita Indonesia kawin muda, wow. Mau dibawa kemana hubungan kita (ups malah nyanyi), maksud saya mau dibawa kemana masa depan negeri ini kalau pemudanya udah pada kawin. Pakai logika aja. Untung suaminya dari golongan kaya, atau perempuannya sudah bekerja. Ternyata tidak? Akan jadi apa anak mereka.
Dulu, banyak orang tua yang menjodohkan anak mereka. Dengan harapan mereka dapat hidup bahagia. Zaman dulu juga, 'jasa' merupakan pekerjaan utama di pedesaan (maaf:kesawah, jasa angkut). Tetapi sekarang kebanyakan pekerjaan mengandalakan ilmu pengetahuan, dan ilmu pengetahuan. Salahsatu caranya yaitu sekolah setinggi-tingginya. Dan inilah proyek saya, sekolah setinggi-tingginya. Saya ingin memutuskan garis kemiskinan yang kini membelenggu keluarga saya. Saya tidak menyalahkan mereka yang sedang pacaran, karena saya yakin mereka telah memikirkan matang-matang (asal jangan sampe gosong).
So, Kenapa tidak berteman saja? Di jejaring sosial (fesbukan, twitteran) ataupun berpartisipasi lingkungan sekitar, sambil belajar. Saya akui, saya bukan orang pintar. Setidaknya inilah jawaban saya. Bagaimana dengan anda?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar