Get Paid To Promote, Get Paid To Popup, Get Paid Display Banner

Selasa, 03 Januari 2012

Pacaran? Nanti aja ya.

"Wan, kamu jomblo ya?" itu adalah kutipan pertanyaan teman saya pada saat di kelas. Saya tahu, umur 17 tahun adalah saat yang paling menyenangkan untuk bermain, pacaran, dan menikmati indahnya dunia. Begitu juga dengan beberapa teman-teman saya. Mereka terlihat senang sekali dengan statusnya kali ini, "Pacaran". Tiap pulang sekolah, kekasihnya di boncengi naik motor. Ada yang pacaran dulu di tempat yang asik, ada juga yang langsung nganter ke rumahnya. Banyak mereka yang curhat kepada saya, kebanyakan sih seneng. Ngomongin keadaan keluarganya, kehidupannya, pokonya memuji kekasihnya.
Ilustrasi Pacaran, Kompasiana.com

Saya paling ngeri pada saat mereka sedang marahan, ataupun putus. Saya jadi imbasnya selaku teman. Marah-marah di kelas, Hp-nya di banting, bicara kasar dan nangis seharian (untuk cewek, tidak menutup kemungkinan cowok juga menangis). Dan saya hanya bisa berkata "sabar...".

Melihat perilaku mereka memang asik. Kemana-mana berdua, jalan-jalan bedua, makan berdua, ke kamar mandi berdua (ups gak kali ya). Tapi 'maaf', saya belum tertarik. Bukan berarti saya tidak bisa mendapatkan cewek, dan bukan berarti saya "maho" (baca: gay). Bukan itu. Tetapi saya mempunyai proyek lebih besar dan spektakuler yang harus saya wujudkan di masa depan. Saya berprinsip, "cewek tu gak bakalan kemana-mana, kalau takdir ya ketemu".

Iseng-iseng cari di internet. Saya tercengang saat melihat statistik yang dibuat oleh eksposnews.com. Disana disebutkan bahwa 30% wanita Indonesia kawin muda, wow. Mau dibawa kemana hubungan kita (ups malah nyanyi), maksud saya mau dibawa kemana masa depan negeri ini kalau pemudanya udah pada kawin. Pakai logika aja. Untung suaminya dari golongan kaya, atau perempuannya sudah bekerja. Ternyata tidak? Akan jadi apa anak mereka.

Dulu, banyak orang tua yang menjodohkan anak mereka. Dengan harapan mereka dapat hidup bahagia. Zaman dulu juga, 'jasa' merupakan pekerjaan utama di pedesaan (maaf:kesawah, jasa angkut). Tetapi sekarang kebanyakan pekerjaan mengandalakan ilmu pengetahuan, dan ilmu pengetahuan. Salahsatu caranya yaitu sekolah setinggi-tingginya. Dan inilah proyek saya, sekolah setinggi-tingginya. Saya ingin memutuskan garis kemiskinan yang kini membelenggu keluarga saya. Saya tidak menyalahkan mereka yang sedang pacaran, karena saya yakin mereka telah memikirkan matang-matang (asal jangan sampe gosong).

So, Kenapa tidak berteman saja? Di jejaring sosial (fesbukan, twitteran) ataupun berpartisipasi lingkungan sekitar, sambil belajar. Saya akui, saya bukan orang pintar. Setidaknya inilah jawaban saya. Bagaimana dengan anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar