Akhirnya hasil ulangan Matematika kemarin di umumkan. Rata-rata nilai sungguh bervariasi. Mulai dari nilai sempurna yaitu 10 sampai nilai terendah kelas yaitu 0,5. Rata-ratanya kira-kira 5. Bagi yang belum pernah mendengar atau merasakan, rata-rata nilai tersebut sungguh "wow, kecil amat". Tapi itulah kelas saya yang hampir 85% adalah laki-laki. Pengaruh lingkungan dan pergaulan yang tidak baik adalah salahsatu faktor penghambat belajar para siswa kelas saya.
Ilustrasi Matematika |
Mungkin itu 'salahsatu' lagi alasan rata-rata nilai Matematika kelas begitu kecil. Saya sendiri bersyukur mendapatkan nilai hampir sempurna yaitu 9,5 atau ke 2 setelah nilai teman sebangku saya yaitu Indra yang mendapatkan nilai 10. Kesalahan saya yaitu pada peletakan "titik puncak" pada grafik yang seharusnya bukan disana. Memang beberapa bulan ini saya menargetkan nilai matematika saya bagus atau membaik dari semester kemarin. Latihan soal tiap hari dan terus bertanya apabila ada suatu hal yang belum difahami sering saya lakukan. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada sahabat saya yang sudah berbagi ilmunya untuk melatih saya pada ulangan kali ini. Mudah-mudahan ulangan-langan berikutnya juga, hehehe....
Bicara soal aktifitas kelas. Dari kelas 1 sampai sekarang kelas saya masih merasa "terasingkan" oleh guru di sekolah, meskipun ada beberapa guru yang pro dengan kelas saya. Saya merasa demikian karena seringkali diakbatkan karena guru marah-marah saat pelajaran berlangsung karena guyonan teman-teman saya. Sekali lagi mohon maklum, kelas mayoritas laki-laki di sekolah negeri yang memiliki siswa hampir 1200 siswa yang mayoritasnya perempuan bahkan 90% adalah perempuan. Sekalian saja, ini adalah saran saya pada guru pengajar ataupun bukan :
a. Saya mohon jangan samakan kami dengan kelas lain yang mayoritasnya perempuan.
b. Jangan menilai kami hanya dengan mendengar omongan orang lain.
c. Jangan mudah tersinggung apabila ada guyonan yang terlontar dari kami, kami tidak bermaksud membuat bapak/ibu tersinggung ataupun mempermainkan bapak/ibu guru, guyonan itu
sebagai penghibur suasana semata.
d. Kami ingin mendapatkan perlakuan sama seperti teman-teman kelas lain yang di bimbing oleh bapak/ibu guru.
Dikelas kami, bapak/ibu guru bisa tersenyum. Di kelas kami, bapak/ibu guru bisa merasakan atmosfir mengajar sebenarnya. Saya mohon untuk tidak mengatakan "dikelas ini, saya bisa-bisa melahirkan berdiri karena kenakalan kalian". Saya sungguh sakit mendengar perkataan ini, yang seolah-olah kelas kami adalah sebuah tempat paling mengerikan di dunia ini. Dan saya ucapkan terimakasih kepada bapak/ibu guru yang support kami untuk terus berusaha menjadi yang terbaik.
Sebelumnya, kenapa saya berkata dan mencurahkan "opini/pendapat" saya dalam tulisan, karena sebelum-sebelumnya argumen seperti ini sering diartikan *'protes/demo' yang melanggar peraturan sekolah. Sekali lagi, dalam artian *protes/demo siswa laki-laki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar