Get Paid To Promote, Get Paid To Popup, Get Paid Display Banner

Rabu, 08 Februari 2012

Kasta Di Jakarta

Jakarta yang merupakan pusat pemerintahan dan pusat bisnis terbesar di Indonesia kini menjadi sorotan "lagi"  media. Apa sebab? Ya, paling juga lagu lama yaitu penataan kota dan kemacetan. Sudah dari lagu awal sampai lagu sekarang kenyamanan kota adalah hal yang selalu di perbincangkan oleh seluruh masyarakat Jakarta. Bagaimana tidak? Toh pada fakta nya Jakarta itu terkesan kumuh di beberapa titik dan sudut kota (pendapat saya). Menurut saya, pembicaraan tentang pedestrian ini timbul setelah peristiwa meninggalnya 9 orang korban kecelakaan pejalan kaki.




Saya masih ingat ketika saya masih Prakerin/Pkl di Trans7 Jakarta yang saat itu adalah kedua kalinya saya berkunjung ke Jakarta. Dalam benak saya Jakarta itu penuh gedung tinggi dan kotanya yang canggih. Saya sedikit kecewa setelah melihat dan merasakan dengan kegiatan lalu lintas Jakarta yang sesak akibat Macet dan Minimnya pedestrian bagi pejalan kaki. Saya tahu, orangtua saya yang belum mampu membeli mobil pribadi dan merasakan naik mobil pribadi di Jakarta. Namun, suatu saat nanti cita akan saya gapai. Terlepas dari itu semua, saya terkejut ketika melihat pedestrian yang di buat untuk pejalan kaki malah dipakai kendaraan bermotor yang terjebak akibat kemacetan yang amat berbeda dengan Kota kelahiran saya Kota Banjar. Dalam pikiran saya saat itu, "hak pejalan kaki telah direbut oleh orang-orang yang konon katanya punya uang banyak sehingga dapat membeli mobil dan motor". Saya tidak tahu mana yang harus disalahkan dan mana yang harus bertanggungjawab. Semua dari mereka mempunyai hak yang sama.



Foto diambil di Glodok tanpa Pedestrian.
Lain hari, saya berkeliling Ibu Kota untuk mengetahui Jakarta yang sebenarnya. Saya di bonceng oleh saudara saya menggunakan sepeda motor. Waktu ada beberapa tempat yang cukup menarik perhatian saya, yaitu ke SCBD (Sudirman Central Bisnis Distrik), Mega Kuningan, Glodok dan Kota Tua, Ancol dan Monas. Saudara saya sebagai 'kuncen' karena sudah beberapa tahun di Jakarta menjelaskan tentang beberapa tempat itu. "Di Jakarta itu ada tiga kasta wan, Kasta bagi pengendara mobil, pengendara motor/sepeda, dan yang paling bawah yaitu kasta bagi pejalan kaki" jelas saudara saya. Saya sangat terkejut mendengar penjelasan itu meskipun dalam suasana santai. Loh, kok dibagi-bagi gitu? Rupanya saya tahu maksud saudara saya setelah pulang ke kontrakan. Saya akan jelaskan di bawah.

Pertama, Kasta bagi pengendara Mobil.
Ini merupakan kasta tertinggi di Jakarta. Seperti kasta tinggi lainnya, mereka sangat di hormati. Disini mobil mendapatkan fasilitas se-langit. Jalan yang mulus, tol nya yang lancar, aksesnya yang mudah, parkirnya yang luas dan teduh, sampai keamanannya yang super ketat. Semua kemudahan dan efisiensi berkendara sangat mudah didapat. Setiap mall dan gedung perkantoran Jakarta memiliki parkiran yang amat nyaman. Tapi mereka masih mengeluhkan tata kota yang belum baik kepada pemerintah, sehingga perjalanan yang nyaman mereka terhambat oleh kemacetan. Beberapa dari mereka juga ada yang menyalahkan pengendara bermotor, bis yang melaju se-enaknya dan tentunya pejalan kaki.

Kedua, Kasta bagi pengendara Sepeda Motor.
Kasta yang kedua ini tergolong menengah. Mereka mendapatkan fasilitas yang cukup baik di Jakarta. Jalan yang mulus, akses yang tergolong mudah, parkir yang luas meskipun tanpa atap, sampai keamanan yang ketat. Mereka sangat mudah berkendara berelok-elok di jalanan yang penuh sesak akibat kemacetan sepanjang hari. Sama halnya seperti kasta pertama, kasta ke2 ini masih mengeluhkan penataan kota yang kurang baik kepada pemerintah. Terkadang dari mereka sering menyalahkan pengguna pejalan kaki yang berjalan se-enaknya dan menyebrang sembarangan. Dan yang paling ironi, mereka memakai pedestrian pejalan kaki

Ketiga, Kasta bagi Pejalan kaki.
Pedestrian Mega Kuningan
Sungguh malang nasib pejalan kaki di Ibu Kota. Bukannya mendapatkan fasilitas yang baik seperti kasta 1&2, mereka malah mendapatkan perlakuan yang tidak adil. Pedestrian direbut oleh pengendara motor, kadang mereka harus berjalan di jalan karena tidak ada pedestrian. Bau asap kendaraan, jembatan penyeberangan yang bau dan bocor saat hujan, sampai tempat berlindung dari sengatan sinar mataharipun mereka tak temui. Mereka sangat takut apabila kejadian menabrak pejalan kaki seperti waktu lalu terulang kembali pada mereka. Rasa was-was dan cemas selalu mereka rasakan saat berjalan di Jakarta yang penuh dengan kasta 1&2.

Mungkin itu adalah kebijakan pemerintah yang tidak memihak pada rakyat. Saya juga tidak menutup mata bahwa banyak juga di daerah Ibu Kota Jakarta yang memiliki pedestrian yang amat layak bagi pejalan kaki. Contohnya di daerah SCBD dan Mega Kuningan. Keadaan pedestrian disana sangat nyaman. Banyak turis asing yang berlenggak-lenggok bersama keluarga mereka menikmati suasana rimbun indahnya kota. Ya, maklum Mega Kuningan kan punya swasta bukan punya pemerintah. Ini hanya sebatas opini saya, tidak bermaksud menyudutkan siapapun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar