Haah, beberapa hari gak update akhirnya ada waktu luang juga. Tugasnya itu looooh, numpuknya gak kepalang. Langsung ke artikel, cekidot...
Beberapa waktu yang, saya belajar tentang Hubungan Internasional dalam mata pelajaran ***. (Sengaja saya "sensor" karena banyak mulut besar berkeliaran, takutnya menjadi salahpahaman). HI sendiri adalah BAB pertama pada semester ini yang mempelajari hubungan negara satu dengan negara lainnya. Saya sendiri sangat suka dengan BAB ini, karena sudah berkaitan dengan hubungan-hubungan antar negara secara Internasional, apalagi kalau menyangkut PBB dan Organisasi Dunia, wuih seharian gak bakalan berhenti kalau ngomongin ginian.
Beberapa Sub judul terlewati, tepatnya minggu kemarin, saya belajar tentang Penyebab Konflik Internasional yang banyak terjadi dunia. Sudah terlihat jelas, judul tersebut menerangkan penyebab-penyebab terjadinya konflik antar negara, semua terkupas tuntas oleh guru *** ini. Mulai dari tidak adanya saling faham satu sama lain, sampai adanya pihak yang ketiga yang saling menjatuhkan. Ia mencontohkan konflik Indonesia dan Malaysia yang hari ke hari semakin memanas. Beberapa kasus misalkan pencaplokan wilayah, klaim budaya, sampai bersenggolnya kapal Indonesia dengan Malaysia yang menyebabkan dikibarkan bendera warna merah (perang).
Setelah beberapa menit berjalan, suasana pembelajaran dikelas terasa penuh dengan dendam dan kebencian. Ini karena, ia menjelaskan dengan suara lantang penuh penghinaan. "Ganyang Malaysia!", perintahnya mencontohkan orang-orang yang membenci Malaysia. Beberapa kali, ia menjelaskan kelemahan-kelemahan negara Malaysia. Sampai-sampai ia melakukan Voting di kelas untuk memastikan bahwa 'budaya benci malaysia" sudah ada sejak dulu. Saya sendiri bersama 5 orang teman memilih 'suka Malaysia' di antara teman-teman lain menjawab 'benci malaysia'. Alasan saya memilih 'suka malaysia' karena saya yakin, semua orang di dunia ini saling membutuhkan satu sama yang lain. Dengan artian, suatu saat saya pasti membutuhkan Malaysia dan Malaysia pastinya membuthkan kita. Apalagi kita adalah serumpun, yang memiliki budaya dan ras hampir sama. Bukan berarti saya Pro Malaysia, tetapi saya memiliki pendapat lain tentang itu. Ssaya mendingan memilih 'suka malaysia' dari pada 'benci malaysia' tetapi tidak ada action jelas yang akhirnya berakhir pada kekesalan saja.
Suasana hati saya mulai "panas", ketika ia berkata "yang memilih suka malaysia, berarti ia tidak punya rasa nasionalisme". Dalam hati, saya ingin memaki-maki orang ini. Apalagi dari tadi ia selalu memandang Malaysia itu dari segi negatif saja. Tanpa memberikan alasan kepada saya kenapa saya memiliih itu, ia seolah-olah menutup pintu kepada saya untuk tidak memberikan penjelasan.
Sungguh ironi memang, ternyata saat ini masih ada orang yang melihat dunia dari 'dengkul' saja. Ia mengajarkan kepada saya untuk membenci Malaysia lewat omongan dan pendapat sendiri. Saya Cinta Indonesia, saya merasa marah ketika Malaysia mencaplok, mengklaim budaya dan wilayah kita, sama seperti yang lain. Tapi saya tidak berfikiran pendek, banyak cara mengalahkan Malaysia. Dengan Ekonominya, Ilmu Pengetahuannya, Teknologinya, Buadayanya, Kekayaan Alamanya, Malaysia sudah kalah. Bukan mengalahkannya dengan kebencian.
Dan ada satu lagi yang terlewat tentang penyebab terjadinya konflik, yaitu "Penanaman Benci Malaysia Sejak Dini" berdampak pada konflik berkepanjangan. So, kawan kita boleh kesal dengan Malaysia karena mereka konon katanya mencaplok, mengklaim budaya dan wilayah kita, tapi jangan terlalu membencinya. Membenci itu tidak ada manfaatnya, lebih baik manfaatkan ke sisi yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar