Ilustrasi Rutinitas |
Memang beberapa tahun ini, semenjak saya sekolah di SMK, kegiatannya full sekali. Walaupun sebenarnya saya sudah memiliki sedikit pengalaman mengatur waktu ketika saya memimpin OSIS di SMP, tapi kali ini berbeda dan pengalaman saya belum cukup!. Di SMK, antara tugas, eskul, bimbel, rumah, dan kegiatan lain itu sempit sekali. Mungkin satu hari 24 jam itu kurang kali ya... Di sekolah saja, dari pagi sampai jam 3 sore itu KBM. Ditambah tugas tambahan, dan perjalanan ke rumah. Belum tugas Multimedia yang super lama, butuh beberapa minggu untuk selesai 1 projek. Tugas lainnya belum kehitung, bantu orang tua di rumah juga belum kehitung, tugas kelompoknya belum kehitung. Dan akftifitas itu telah menjadi rutinitas saya dalam sehari-hari.
Sesekali saya mengurangi kegiatan saya untuk mengisi kegiatan lain, bahkan mulai dihilangkan. Selain desakan orang tua, saya juga merasa kecapekan dengan kegiatan itu. Paling juga kegiatan Jurnalistik yang masih saya tekuni di eskul sekolah. Dan saya tahu, rutinitas ini adalah suatu pelajaran berharga dalam membagi waktu di dunia ini. Walaupun terasa berat jika dikaitkan dengan cobaan Tuhan yang diberikan kepada keularga saya, saya ingin memetik pelajaran dari semua ini agar bisa menjadi pedoman baru dalam hidup. Mungkin, kesabaran dan otak kita sedang di uji, dalam ujian ini. Tapi terkadang, ujian ini tak kunjung selesai. Pertanyaan sering terlontar seiring do'a dalam Sholat. Rabb, Apakah saya terlalu lemah, sehingga "kertas" ujian itu tak kunjung benar jawabannya? Ataupun saya terlalu kuat, sehingga engkau menunggu jawaban yang istimewa? Apapun itu semua adalah kuasaMu. Yang ku ingat perintahMu adalah menyelesaikannya, bukan dirobek-robek, Ridwan...
Saya pernah merasa menjadi seorang "Pecundang" ketika meninggalkan kegiatan penting demi alasan orang tua. Saat itu, memilih antara posisi saya di Eskul dan posisi saya di keluarga teramat berat. Karena dua-duanya sama penting dan sama-sama tanggungjawab saya. Tapi akhirnya saya memilih keluarga, dan bertekad untuk mengurangi kegiatan lainnya . Karena saya yakin keluarga lebih penting dari semua kegiatan yang saya miliki saat itu. Nah, sekarang saya ingin memfokuskan diri pada pendidikan saya dan keluarga. Saya ingin menggapai cita-cita saya. Saya ingin mendapatkan Beasiswa di ITB. Saya membahagiakan orang tua. Referensi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar