Mudah-mudahan gak telat!
Ujian Nasional kali ini emang beda dan keren banget. Udah informasi sebelum UN-nya yang simpangsiur kesana kemari, ditambah lagi sama kurangnya soal dan distribusinya yang membuat Ujian Nasional sekarang tidak Menasionalkan (11 Provinsi ditunda sampai 3 Hari)! Parah. Entah apa yang membuat UN sekarang seperti ini. Dan Entah mengapa menimpa kepada angkatan saya, tahun 2013. Saya tak tahu. Mungkinkah karena angka 13 itu? Mmmmm, entah lah.
Meski pemberitaan dimana-mana menjelaskan tentang UN, media kayaknya tidak kompak nih. Beritanya tidak sama. Ada yang bilang ini, ada yang bilang itu. Dan itulah yang membuat kita pusing, khususnya saya. Sampai-sampai saya males baca berita yang mengupas 'Kejanggalan UN'.
Oh iya, UN sekarang tingkat kesulitannya dinaikkan loh, alias levelnya udah beda dari tahun kemarin. Selama saya mengerjakan soal-soal, terasa banget kalo soalnya beda, banget. Bahkan menurut saya, soal UN lebih sulit daripada soal Try Out. Keren gak?
Hari Pertama, Bahasa Indonesia.
Hari minggu (sebelum UN), saya sempatkan untuk me-review lagi soal-soal Bahasa Indonesia. Saya lakukan untuk menganalisis kosakata atau istilah-istilah aneh yang mungkin keluar pada soal nanti. Seperti pada puisi-puisi dengan kata-kata selangit, biasanya kata-kata yang tidak lazim dilontarkan pada percakapan biasa.
Saya juga merangkum beberapa BAB yang masih sulit dipahami. Sehingga ketika menghafal kemudian, saya cukup buka rangkuman tadi.
Di awali dengan Sholat Tahajud dan membuka-buka buku pada pagi hari, saya berangkat ke sekolah dengan cukup tenang. Meski begitu, rasa takut akan soal nanti, terus-terusan terbayang sepanjang perjalanan. Seolah-olah soal nanti bagaikan jurang penghancur masa depan. Curam dan tajam!
Kayaknya, teman-teman juga mengalami hal sama. Gugup dan cemas. Tapi, bukan GAMES (kelas saya, XII Multimedia) namanya kalo tak ada lelucon selama kami bersama. Ada aja hal lucu yang buat saya terbahak-bahak sampai-sampai saya lupa kalo sekarang mau UN. Beneran, lupa.
Hari pertama ini, Pengawas Ujian tidak terlalu seram, bahkan baik banget. Selama kami mengerjakan soal, pengawas hanya membuat suara 'ehem' kalo ada kegaduhan yang kami buat. Bahkan, kami seolah-olah dibiarkan begitu saja ketika kami saling 'bekerja tim'.
Simpulan : Cukup lancar. Soal-soal saya babat habis tanpa ada kesulitan berarti, meski ada soal yang asing.
Hari kedua Bahasa Inggris.
Bahasa Inggris ini saya awali dengan latihan di pagi hari, tepat pukul 3 subuh. Sholat dan buku-buka latihan yang pernah dibahas sebelumnya, saya kupas habis-habisan.
Pelajaran ini tergolong sulit bagi saya. Menghafalnya saja saya kebingungan harus mulai dari mana. Apabila materi ini sudah dipahami, materi lain tiba-tiba menghilang begitu saja. Seperti di format gitu. Apalagi kalo udah nemu soal yang 'melengkapi kalimat rumpang', waduh waktu sekian lama pasti akan berkutik disana. Mau pindah soal, jawabannya gak yakin. Mau ditinggalin, kapan lagi jawabnya!
Hmmm... Sebenernya kalimat rumpang tadi masih kategori 'susah' sih. Masih ada lagi soal yang lebih susah, yaitu Listening Selection. Kalo yang ini, raja-nya soal UN bahasa inggris. Jujur aja, saya sebenernya udah kategori "lumayan" dalam percakapan bahasa inggris. Dengan kata lain, kalo ngobrol face-to-face dengan orang Inggris atau Inggris Amerika, bisa dikatakan mengerti satu sama lain. ---Bukan maksud sombong ya---. Tapi ini beda! Suaranya keluar dari speaker aneh. Bergemuruh kayak badai pasir di padang savana. Akhirnya? 4 Soal Listening, saya pusing sendiri karena lost contact dengan speaker. Tolong, tolong, tolong!
Simpulan : Soal Bahasa Inggris ini masuk dalam kategori kurang lancar. Bahkan gak lancar.
Hari ketiga Matematika
Akhirnya, Ujian Nasional masuk pada hari terakhir. Mungkin karena pelajaran Matematika itu Dewa-nya pelajaran, di ujinya pun terakhiran. Padahal, menurut saya sama aja. Toh matematika itu soalnya udah pasti sulit. Apalagi jawabannya, amazing tenan.
Khusus untuk pelajaran ini, saya berjuang mati-matian. Bergelut sebulan penuh dengan buku 'ijo' matematika terbitan Erlangga. Sampai-sampai bukunya penyok gak berbentuk.
Semua materi, sudah saya pahami, meski gak terlalu mendalam. Tapi untuk menjawab soal standar, saya yakin bisa. Kalo soalnya di campur sana sini, di balik-balik, di jungkir-jungkir, di potong-potong sampe pembuat soalnya bingung, baru saya pasrah pada Tuhan YME. Aku berpasrah.
Dan? Soalnya susah! Saya hampir prustasi ketika keluar ruangan. Rasanya pengen bejek-bejek sepeda, motor, mobil, becak, semuanya dah. Terus saya cemplungin ke kali Ciliwung. Saya galau!
Pokoknya, setelah pulang dari sekolah, saya langsung konsultasi ke guru Matematika mengenai keprustasian saya ini. Dan ternyata, ia melihat kotretan saya di lembar soal tadi. Dan hasilnya? Banyak yang kurang teliti katanya. Dan jadinya? Banyak yang salah. Dan aku harus gimana? Udah buncit, mules, dan lemes. Jadi gua harus minum apa?!
Simpulan : Pasrah pada Yang Maha Kuasa.
Soal Essey.
1. Kesimpulan dari wacana diatas adalah?
Jawaban : Sepertinya, penulis sedang mengalami galau karena UN-nya tidak lancar. Dapat dilihat dari kata-katanya yang banyak mengumbar sulit, susah, dan galau.
Saya berharap, anak ini dapat melewati semua cobaan yang sedang menimpanya. Dan lulus dengan hasil yang memuaskan. Amin.