Wadau, udah berapa abad gak posting nih? Perasaan baru aja kemarin saya posting, eh tau-tau udah hampir satu abad. Haahaa... Target 1 bulan 8 posting gak kesampian lagi. Perlu revisi gak ya? Perlu gak ya? Perlu gak? Apa perlu ya? Gak ah, masih kuat kok. Kan abis minum susu. :) Susu apa ya?
Yah, suasana "gelap" menjadi kelas 3 SMA udah mulai kerasa banget. Sibuknya minta ampun. Berangkat sana, duduk sini, belajar sana, latihan sini. Gak nyambung dan gak karuan, apalagi buat ngejadwal kegiatan, angkat tangan dah. Ngatur waktu buat break aja susah banget, apalagi buat tidur siang, rasanya tuh kayak latihan perang di festival balon. Nyesek banget.
Oke deh, balik lagi ke judul. Salah satu hari yang dinanti-nanti selama hidup saya akhirnya datang juga, yaitu daftar ke Perguruan Tinggi (PT) Negeri atau pun Swasta, keduanya bagus. Ya pastinya dong, siapa sih yang gak mau ngelanjutin sekolah setelah lulus SMA? Sebagian besar pasti pengen kan jadi seorang siswa yang serba Maha? "Mahasiswa", keren banget kedengerannya. Kayak segede apa gitu.
Apalagi pake baju Almamater sekolah ternama Indonesia, wah gak kebayang deh serunya gimana. Rasanya tuh pengen terus-terusan diem di kampus, gak mau pulang. Hahaha....
Nebayangin rasanya sekolah di PTN sih emang bisa buat tubuh melayang-layang, berbinar-binar sambil tersenyum ngebayanginnya. Tapi kalo ngebayangin cara masuknya? Waduh...gelap, hitam, merem, gak kuat! Ditambah lagi seleksinya yang super duper dumpel dubel ketat. Pusing... Ada lagi, saingannya yang saentaro Nusantara. Hmmm, pingsan sudah. Saya pingsan ya...
Sekarang bangun lagi. Tapi ya gimana lagi, emang harus dibayangin dan dilalui sampai berhasil. Saat-saat seperti ini yang katanya bikin orang jadi salah tingkah dan salah langkah. Satu pilihan yang menentukan sebuah "masa depan".
Terus, jadinya pilih yang mana?
Oke, balik lagi pada postingan pertama saya, bahwa saya ingin menjadi mahasiswa ITB. Disana saya tuliskan kalo saya sangat ingin sekali bersekolah di 'Institut Terbaik Bangsa' itu.
Tapi kenyataannya sekarang sudah berubah. Saya menyerah sebelum perang. Sudah ada bendera Putih di halaman rumah. Dan, bukan tanpa alasan saya menyerah seperti ini. Banyak sekali pertimbangan-pertimbangan yang harus saya ambil dengan sangat teliti agar tidak salah langkah. Passion, Minat, Skill, Cost, Saran dan Realita, adalah serangkaian topik utama yang sering saya bahas ketika berbicara SNMPTN Undangan.
Institut Teknologi Bandung itu, katanya sangat sulit masuknya, tetapi mudah tembusnya. Bingungkan? Saya juga bingung loh. Hehehe... Kata temen saya sih, masuk ITB itu kayak melempar dadu sekali, tak ada satupun yang tahu angka yang akan keluar, kecuali Tuhan. Meski ada peluang, itu kecil banget. Segede kerikil dibagi tujuh. Kebayang gak kecilnya?
Tapi ya gimana lagi, pertimbangan saya sudah bulat. Impian saya masuk ITB jalur Undangan sudah kandas. Saya memilih tetangga-nya yaitu UNPAD. Berkat program "Unpad nyaah ka Jabar", yaitu dengan menerima min 84 orang dari tiap kab/kota di Jabar. Mudah-mudahan Unpad memilih saya juga. Itu do'a yang sering saya panjatkan pada Allah SWT.
Berusaha sudah, sekarang berdo'a dengan sungguh-sungguh. Istilah bahasa Sundanya "pakuat-kuat do'a".
Pilihan kedua dan yang lainnya?
Pilihan kedua setelah UNPAD adalah Universitas Jember. Sebuah Universitas ternama di Jawa Timur. Salahsatu pertimbangan paling besar adalah biaya hidup dan kualitas pendidikan yang baik.
Untuk PTSnya, saat ini dalam tahapan pengumpulan berkas. Universitasnya yaitu UMY, UTY, Paramadina dan ITENAS.
Jadi?
Semuanya bikin saya gelap. Sangat menguras tenaga.
Oh iya, semuanya saya ambil beasiswanya. Kondisi keluarga tidak memungkinkan untuk kuliah mandiri. Saya berdo'a, ketika saya membuka halaman pengumumannya tertulis "Selamat Anda Diterima". Amin. Mohon do'anya ya... :)
P.S Waduh, suasana nya terbawa mencekam begini ya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar