Jakarta memang menjadi salahsatu tujuan liburan saya kali ini. Bukan karena benar-benar 'ngebet' pengen jalan-jalan, tetapi ada alasan lain saya berkunjung ke Ibukota, yaitu pengambilan Sertifikat di Almamater Magang saya Trans 7. Dimana saya wajib datang langsung ke HRD Trans 7 untuk mengurus beberapa surat yang ditugaskan oleh Sekolah. Namun, berhubung ini adalah hari libur, sekalian saja saya mencoba 'mengenang' lagi masa-masa magang di Jakarta, barangkali bisa bertemu dengan orang-orang yang pernah pernah menjadi keluarga saya dulu.
Ancang-ancang untuk ke Jakarta sudah dipersiapkan dari beberapa bulan yang lalu. Jadi untuk masalah biaya, sudah tidak menjadi persoalan utama dalam liburan ini, walaupun diperkirakan hanya pas untuk ongkos dan makan seadanya. Nah, yang menjadi masalah serius adalah angkutannya. Saya dan teman-teman merencanakan angkutan pulang dan pergi menggunakan Kereta Api. Karena kabar yang beredar, Kereta Api sekarang sudah nyaman, tidak ada yang berdiri, bangkunya lega, dan biayanya murah. Maklum, pengalaman saya naik kereta api dulu sangat tidak "manusiawi", saya sempat berdiri beberapa jam di kereta akibat tidak dapat tempat duduk, bahkan ada yang duduk di toilet selama berjam-jam. Mirisnya transportasi massal di negara ini.
Namun, sebuah bencana datang ketika kami memesan tiket untuk 7 hari ke depan yang ternyata habis terjual, tak 1 tiketpun tersisa, walaupun ada harus menunggu 7 hari lagi. Dan harapan kami yang tersisa hanyalah Bis Umum. Tapi jika Bis Umum saya ambil, akan berakibat buruk terhadap keuangan yang sudah di persiapkan saya jauh-jauh hari sebelumnya. Perbandingannya, untuk tiket Kereta Ekonomi dibutuhkan Rp. 45.000 PP, sedangkan Bis Umum Kelas Eks/Bisnis (yang ada hanya kelas itu) ongkosnya Rp. 130.000 PP. Sungguh membuat pikiran saya pusing.
Akhirnya setelah dipikir panjang, saya memutuskan untuk naik Bis Umum dan memotong rencana liburan selama 5 hari di Jakarta menjadi 2 hari saja. Tragis memang, jadwal untuk "mengenang" di Jakarta banyak batalkan dan dipercepat secepat mungkin agar bisa tuntas dalam 2 hari. Namun saya tetap bersyukur, karena masih bisa menginjakan kaki lagi ke Ibukota.
Jakarta Dengan Halte Busway |
Pemberangkatan kami ambil malam hari, agar bisa istirahat dalam Bis, karena siangnya kami harus pergi ke HRD masing-masing. Dan untuk istirahat menunggu siang, paman teman saya bersedia memberikan kamar kontrakannya untuk sementara pada kami, sekalian bertanya-tanya tentang kos-kosan murah untuk 1 minggu. Memang, kami akan kos dalam 1 minggu, dan saya hanya 2 hari.
Berhubung kontrakannya jauh dari Trans 7, kami harus mencari dulu kosannya ke daerah Mampang Prapatan naik Busway "tersibuk" di Dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar