Get Paid To Promote, Get Paid To Popup, Get Paid Display Banner

Jumat, 22 Juni 2012

Resensi : Film The Raid Redemption (Serbuan Maut)

Film yang menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia ini selalu menjadi obrolan utama dalam beberapa pekan kebelakang, dan bagi pecinta film ini adalah sebuah penantian. Banyak sekali komentar-komentar yang terlontar dari sineas-sineas film dunia. Mereka memberikan komentar positif  pada film ini. Bahkan ada yang membandingkan dengan film lain berkelas dunia.

Saya sudah tidak sabar menunggu film ini keluar. Sebelumnya saya ingin nonton Bioskop, namun nyatanya saya sudah ketinggalan, yang pada akhirnya tidak bisa menonton film ini secara langsung. Selain tidak mempunyai waktu luang, juga tempatnya yang jauh di Tasikmalaya. Tapi tak apalah, nonton di DVD saja sudah cukup buat saya.

Bercerita tentang penyerbuan Polisi ke sebuah gedung tempat para bandar narkoba dan para pembunuh kelas Internasional. Polisi ini satu-persatu mati akibat terkepung oleh para penghuni yang brutal dan menyeramkan. Pisau, pedang, senjata laras panjang, dan senapan modern digunakan oleh penghuni ini untuk membunuh para Polisi dengan mudah, bahkan dengan tangan kosongpun (Pencak Silat) mereka lakoni. Memang, film ini menyuguhkan seni bela diri Pencak Silat dalam perkelahiannya. Dan diharapkan bisa memperkenalkan Pencak Silat pada dunia.

Perkelahian dibarengi genjatan senjata tak pernah berhenti dan tak ada jeda sedikitpun untuk berani bersantai-santai bagi para Polisi ini. Pilihan mereka hanya 1 yaitu "lawan", kalau tidak mereka akan mati.

Dari segi kualitas perkelahian dan efek-efek darah dalam luka-luka yang terjadi, tidak usah diragukan lagi. Dapat dikatakan "sempurna" bagi saya. Apalagi jika dibandingkan dengan beberapa film Indonesia yang bergenre sama sebelumnya, terasa amat jauh. The Raid ini sudah setara dengan film-film laga kelas dunia. Bahkan beberapa media internasional menjadikan Film ini sebagai film laga terbaik tahun ini. Namun jangan dibandingkan dengan film bernuansa santai penuh inspirasi, karena film ini tidak ditujukan kesana, alias "miskin" cerita.

Berikut Penghargaan Internasional untuk The Raid. Dikutip dari IMDB.

Amsterdam Fantastic Film Festival
TahunKeteranganPenghargaanKategori
2012MenangSilver Scream AwardGareth Evans (director)
(Pt. Merantau Films (production company) ). 
Deauville Asian Film Festival
TahunKeteranganPenghargaanKategori
2012NominatedAction Asia AwardGareth Evans
Dublin International Film Festival
TahunKeteranganPenghargaanKategori
2012MenangAudience AwardBest Film
Gareth Evans
Dublin Film Critics AwardBest Film
Gareth Evans
Toronto International Film Festival
TahunKeteranganPenghargaanKategori
2011MenangPeople's Choice AwardMidnight Madness
Gareth Evans 

Dalam Box Office, Film ini juga pernah menempati Box Office Amerika Serikat di urutan 11 dan Box Office Inggris urutan 5. Prestasi luar biasa yang pernah di catat dalam sejarah perfilman Indonesia.

Pemeran film ini juga tidak sembarang. Mereka telah terpilih untuk menjamin perkelahian seni bela diri Pencak Silat yang luar biasa. Iko Uwais sebagai Rama, Joe Taslim sebagai Jaka, Donnny sebagai Andi.

Semoga kemajuan film Indonesia tidak berhenti disini saja. Sudah selayaknya film hantu "ecek-ecek" berbau porno yang sekarang menjamur di masyarakat itu di hilangkan. Bayangkan saja, paradigma masyarakat tentang hantu yang seram sudah berubah secara telak. Contohnya, Suster Ngesot, Pocong Galau, Suster Keramas, dll. Lucu kan...

Senin, 18 Juni 2012

Resensi Novel : Ranah 3 Warna


Mata yang “belo” ini bisa beristirahat sejenak setelah 3 hari begadang untuk menyelesaikan membaca novel ke-2 dari trilogi Negeri 5 Menara, Ranah 3 Warna. Sengaja saya kebut membacanya karena sudah tidak sabar ingin membuka halaman demi halaman yang membuat saya penasaran lagi dan lagi.

Sebelumnya saya ucapkan Terimakasih kepada sahabat baik saya, Tisa Susanti, yang telah memberikan pinjaman novel ini. Tanpa pinjamannya, mungkin saya harus merogoh uang lebih banyak untuk membeli sebuah buku luar biasa ini ke Tasikmalaya. Walaupun suatu saat nanti saya ingin menambah koleksi novel saya dan membelinya ketika rezekinya sudah tiba.

Masih bercerita tentang seorang santri bernama Alif Fikri, lulusan Pondok Madani yang memiliki banyak mimpi untuk menaklukan dunia. Berbeda dengan novel sebelumnya Negeri 5 Menara yang banyak bercerita tentang kehidupan pesantren bersama sahabatnya Sahibul Menara mengenai bagaimana mimpi itu ditancapkan, di Ranah 3 Warna ini cerita lebih ke bagaimana mimpi itu tetap harus di perjuangkan dalam situasi apapun. 

Dengan berbagai perjuangan yang dilakukan Alif, “benih-benih” mimpi itu mulai menjadi kenyataan. Mulai dari  mimpinya untuk mengunjungi Benua Amerika, yang terwujud berkat kesempatannya untuk mempelajari Kebudayaan Masyarakat di Kanada. Ambisinya untuk berkuliah di ‘Kota Kembang’, walaupun tidak di ITB tetapi ia berhasil masuk Fakultas Hubungan Internasional di Unpad. Mengunjungi Yordania di Timur Tengah, tapaktilas mengenai sejarah Ilsam. Menjadi seorang Jurnalis terkenal, dan pengalaman seru Alif lainnya yang membuat pembaca merasakan terbawa melayang-layang ke beberapa benua.

Alur ceritanya yang menarik, membuat saya merasakan suasana yang sama seperti Alif rasakan. Ketika sang ayah meninggal, saya tak kuasa meneteskan air mata. Begitu juga ketika Alif terpilih menjadi Duta dari Indonesia untuk pergi ke Kanada, saya ikut gembira, bahkan tanpa sadar saya lompat-lompat sendiri di malam yang sepi itu. Apalagi ketika perpisahan antara orangtua angkatnya di Kanada, mata saya berkaca-kaca sedih. Pengalaman unik dan mengasyikan.

Novel ini mengajarkan kepada kita untuk tidak meremehkan mimpi. Sekali mimpi itu di buat, jangan pernah menyerah untuk meraihnya. Terus tancapkan gaspol dan selalu sabar, Man jada Wajadda, Barang Siapa Yang Bersungguh-Sungguh Akan Berhasil.  Dan satu lagi ‘mantra’ yang cukup sakti untuk menemani perjalanan dalam meraih mimpi, Man Shabara Zhafira, Siapa Yang Bersabar Akan Beruntung. 

Sekedar tambahan, agar ceritanya dapat dimengerti dengan baik, pembaca saya rekomendasikan untuk membaca Novel sebelumnya, yaitu Negeri 5 Menara. Untuk Resensinya ada disini.

Rabu, 13 Juni 2012

Kisah Haru Gadis Kembar Siam Berumur 12 Tahun

Sungguh luar biasa kisah anak ini. Betapa sulitnya menjalani hidup dengan segala keterbatasan yang ada. Mata saya sampai berkaca-kaca membaca kisah ini. Semoga bisa menjadi inspirasi. 

_________________________________________________________________________________
(Baca Berita Disini.)


Sudah 12 tahun Lupita dan Carmen Andrade hidup sebagai kembar siam. Dengan tubuh menyatu di bagian dada hingga kaki, dua gadis asal Meksiko itu ingin menikmati hidup bersama-sama sampai tua. Mereka tak mau pisah. 
Munculnya wacana operasi pemisahan sontak membuat perasaan mereka hancur. “Mengapa Ibu ingin memotong kami?” dua gadis itu meratap di hadapan sang ibu, dikutip dari laman Guardian. 

Kekuatan doa mungkin yang membuat wacana itu mendadak buyar. Dokter bedah menyatakan bahwa pemisahan tidak mungkin. Terlalu banyak organ vital yang menyatu, termasuk tulang di bagian bawah tubuh. 

“Kami dihubungkan oleh torso. Kakak saya, Lupita, memiliki lekukan di punggung yang sangat serius, dan saya punya masalah dengan perut,” kata Carmen yang segera sumringah begitu dokter menyatakan bahwa mereka memiliki harapan hidup panjang. 


Lahir di Veracruz, Meksiko, mereka pindah ke Amerika Serikat dengan visa medis pada usia dua tahun. Mereka kini tinggal di New Milford, Connecticut, bersama orangtua, saudara perempuan bernama Abby, dan seekor anjing yang mereka panggil Toby.



Mereka belajar di sekolah umum. Tidak pernah bertengkar. Satu-satunya penyebab perdebatan adalah ketika Carmen yang bisa masuk dalam kelas normal, masih harus bergabung bersama Lupita di unit kebutuhan khusus. Carmen merasa sedikit bosan. 

Hingga kini, Lupita dan Carmen masih melakukan terapi fisik secara intensif. Mereka memiliki sepasang kaki setelah Carmen mengoperasi kaki kanan, dan Lupita mengoperasi kaki kiri. Dengan keterbatasan fisik, mereka baru mulai berjalan ketika usia tiga atau empat tahun. 

Inspirasi Hidup
Semangat hidup Lupita dan Carmen yang luar biasa menyentuh hati seorang fotografer asal Amerika Serikat, Annabel Clark. Selama empat tahun, kehidupan Lupita dan Carmen menjadi objek bidikan Clark yang berniat mengubah persepsi negatif terhadap kembar siam.

Clark terlibat proyek dokumentasi misi medis, khusus anak-anak kecil yang dibawa ke Amerika Serikat untuk pengobatan jangka panjang. 

Mulanya Clark merasa cemas. Khawatir dianggap mengeksploitasi. Namun, kecemasan itu pudar melihat keceriaan Lupita dan Carmen. Clark takjub melihat kekuatan hati si kembar menepis kesulitan hidup dengan berbagai kegiatan: senam, drama sekolah, dan latihan piano.

Clark mengaku, proyeknya dengan gadis-gadis Andrade merupakan pekerjaan jangka panjang yang serius. Ia ingin menunjukkan transformasi mereka kepada dunia, mulai dari remaja hingga beranjak dewasa.












“Kita selalu berbicara tentang kembar siam dempet dari sudut yang konvensional,” ungkap Clark. “Acara-acara talkshow tidak menggugah toleransi atau pemahaman lebih terhadap mereka.”


Clark berharap setiap potret yang ia bidik dapat membuat orang merasa dekat dengan Carmen dan Lupita. Seolah sedang bermain dan berkelakar bersama gadis-gadis itu, bukannya semakin melebarkan jarak. “Saya ingin orang melihat betapa luar biasanya mereka, dan dunia mereka sama seperti gadis-gadis lain seusia mereka."

Sempat menampilkan hasil bidikannya dalam sebuah pameran di New York, Clark berniat menerbitkan buku fotografi. Ia akan menggunakan hasil penjualannya untuk membantu gadis-gadis itu. 
Tak dipungkiri bahwa Lupita dan Carmen kadang gerah melihat tatapan aneh sejumlah orang atas kondisi mereka. Tapi, soal itu, Carmen punya jurus jitu membesarkan hati. "Kalau mereka menatap saya seakan-akan saya gila, saya akan menatap mereka balik seakan-akan mereka gila,” kata Carmen.

Jumat, 08 Juni 2012

Nilai UN sebagai Syarat Masuk PTN?

Haduh, dunia pendidikan kini makin heboh saja. Nilai UN sebagai Syarat Masuk PTN adalah salahsatunya. Ya betul, PTN sudah setuju dengan ketentuan ini. Dan Dikti pun akan menyepakatinya. 

Saya selaku siswa yang akan menjalani ini sangat tidak setuju. Apalagi sudah dipastikan angkatan saya akan menjadi "kelinci percobaan" ini. Kalau bersih sih saya akan mencoba memahaminya, tapi kalau UN masih terdengar ada kecurangan dan bocoran-bocoran, saya sangat menyayangkan keputusan ini. Semoga saja pemimpin-pemimpin negeri ini memiliki kebijakan lain dalam mengambil keputusan. Dan nilai UN Sebagai Sayarat Masuk PTN satu-satunya, bisa di pertimbangkan lagi.

_________________________________________________________________________________


Disepakati, Nilai UN sebagai Syarat Masuk PTN
(Sumber dari sini)
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Djoko Santoso mengatakan bahwa perguruan tinggi negeri sudah setuju menggunakan hasil Ujian Nasional (UN) sebagai syarat masuk perguruan tinggi negeri. »Perguruan tinggi sudah setuju,” kata Djoko ketika ditemui di kantornya, 4 Juni 2012 siang.
Djoko mengatakan kebijakan tersebut mulai diberlakukan tahun depan. Dengan demikian, nantinya perguruan tinggi negeri tak perlu lagi mengadakan tes atau ujian lain untuk menyaring calon mahasiwa. Cukup berpatokan pada nilai UN siswa. »Agar irit, jadi tak perlu ada tes lain,” kata dia.
Djoko mengatakan sistem penggunaan nilai UN sebagai syarat masuk perguruan tinggi negeri sebenarnya sudah diterapkan tahun ini. »Calon mahasiswa yang masuk melalui jalur undangan kan dilihat berdasarkan nilai UN,” katanya.
Adapun daftar calon mahasiswa yang masuk melalui jalur undangan itu ditentukan langsung oleh setiap perguruan tinggi negeri. Setiap perguruan tinggi negeri ditetapkan untuk mencari 60 persen calon mahasiswa dari jalur undangan.
Adapun untuk jalur undangan melalui program Beasiswa Pendidikan Tinggi bagi Calon Mahasiswa Berprestasi (Bidik Misi) gelombang pertama tahun ini hanya 15.300 yang lolos seleksi. Akibatnya, dari kuota beasiswa untuk 42 ribu mahasiswa, hanya sekitar 36 persen yang terserap dan siap dimanfaatkan calon mahasiswa.

Kamis, 07 Juni 2012

Ulangan Umum Semester Genap

Ulangan yang baru saja berjalan setengah jadwal ini sudah membuat saya pusing. Sampai-sampai sulit tidur dan susah belajar akibat 'ramalan' nilai yang amburadul. Ya betul, perkiraan saya sendiri hasil ujian ini akan jelek sekali. Hasil evaluasi sementara saja sudah begini, apalagi evaluasi akhir.

Tapi ada sedikit kegembiraan dari hasil sementara. Yaitu nilai Fisika saya mendapat hasil semurna, alias 100. Saya sangat bersyukur karena itu adalah jerih payah sendiri. Apalagi ketika mengetahui bahwa hanya saya yang mendapatkan nilai itu. Hmm... sungguh nilai yang aneh. Dalam sejarah kehidupan saya dari kecil sampai sekarang, pelajaran Fisika selalu mendapat nilai ZONK. Seringkali saya di ulangi beberapa kali sampai pas KKM. Bahkan suatu waktu saya pernah mengisi 1 jawaban dari 4 pertanyaan akibat rumus yang sudah saya hafal ternyata tidak keluar. Namun sekarang sangat kontras dengan masa lalu saya.

Ilustrasi
Pengalaman itu membuat saya mengambil beberapa hikmah dan pelajaran yang patut untuk di teruskan dan di tinggalkan. Belajar sampai benar-benar faham adalah kunci dari pelajaran ini. Bukan hanya menghapal rumus-rumus yang aneh-aneh, tetapi juga mengerti secara detail dari rumus itu, karena saling berkaitan yang terus memanjang seperti kereta api.

Untuk informasi saja, Ulangan-Ulangan seperti ini, untuk sekolah saya seluruh pertanyaannya menggunakan soal Essey bukan Pilihan Ganda (PG). Sehingga kecurangan dalam pengerjaan bisa di minimalisir, walaupun ada oknum-oknum yang masih saja membawa sebuah kertas contekan kedalam.

Ngomongin soal contekan. Dalam hal ini saya merasa dirugikan oleh oknum-oknum itu. Mereka dipastikan mendapatkan nilai yang sempurna dalam ulangan ini. Saya sangat tidak setuju dengan cara mereka. Coba saja bayangkan, orang lain sudah menghapal sekeras mungkin untuk mendapatkan nilai yang baik, oknum ini cukup melihat jawaban yang sudah ada dalam kertasnya. Ingin rasanya saya melaporkan hal ini kepada pengawas.

Tapi terkadang, saya juga merasa kasihan kepada mereka kalau sudah mendengar alasan mereka mencontek. Saya akui, mencontek juga merupakan usaha yang tidak mudah. Perlu keahlian khusus agar tidak ketahuan pengawas, apalagi sampai kena teguran yang mengakibatkan perobekan kertas jawaban.Sekali lagi, meskipun ini usaha, tetapi tidak benar alias salah.